Untaian Faedah Seputar Gerhana

SIKAP YANG BENAR KETIKA TERJADI GERHANA

Ketika terjadi gerhana ada beberapa sikap yang perlu dilakukan, di antaranya adalah :

1. Memiliki rasa takut kepada Allahﷻ.

Dari Abu Musa al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Beliau mengatakan :

“Dahulu pernah terjadi gerhana Matahari (di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, pent). Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam segera berdiri dengan perasaan takut kalau terjadi kiamat. Kemudian beliau memasuki masjid untuk melakukan shalat; ruku’ dan sujud, dalam waktu yang amat panjang yang pernah aku lihat.`

Setelah itu Beliau Sallallahu’alaihi wasallam bersabda :

هَذِهِ الْآيَاتُ الَّتِي يُرْسِلُ اللَّهُ لَا تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ؛ فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

“Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini (yakni gerhana, pent), tidaklah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun Allah hendak menakut-nakuti para hamba-Nya dengannya. Apabila kalian melihatnya, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan istighfar (memohon ampun) kepada-Nya”. (HR. Bukhori dan Muslim).

Ibnu Hajar rahimahullah menyimpulkan dari hadis ini :

فيه الندب إلى الاستغفار عند الكسوف وغيره لأنه مما يدفع به البلاء

“Hadits di atas terdapat anjuran untuk beristighfar ketika terjadi gerhana, atau yang lainnya. Karena istighfar adalah diantara sebab untuk menolak bala‘.” (Fathul Bari, 2/546)

2. Memikirkan siksaan Allahﷻ kepada orang-orang yang berbuat maksiat.

Dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Nabi ﷺ dalam khutbahnya seusai shalat kusuf (gerhana) bersabda :

مَا مِنْ شَىْءٍ كُنْتُ لَمْ أَرَهُ إِلاَّ قَدْ رَأَيْتُهُ فِى مَقَامِى هَذَا حَتَّى الْجَنَّةَ وَالنَّارَ ، وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِى الْقُبُورِ ….”

“Tidak ada satu pun yang belum pernah aku lihat kecuali sekarang aku melihatnya, di tempatku ini, sampai surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji ketika di kubur… dst.” (HR. Bukhari)

Pada saat itu diperlihatkan kepada Beliauﷺ surga dan neraka. Beliau ﷺ juga diperlihatkan siksaan yang menimpa penghuni neraka, dilihatnya seorang wanita yang disiksa karena mengurung seekor kucing tanpa memberinya makan dan minum, dilihatnya ‘Amr bin Malik bin Luhay menarik ususnya di neraka, dimana dia adalah orang pertama yang merubah agama Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, dia yang membawa berhala kepada orang-orang Arab sehingga mereka menyembahnya.

Beliau ﷺ juga bersabda :

وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا

“Demi Allah, kalau sekiranya kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

3. Melakukan shalat Gerhana.

4. Bersegera untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, bertakbir, melakukan berbagai amal saleh, melakukan shalat, dan berlindung dari azab kubur dan azab neraka.

Rasulullah ﷺ bersabda :

فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَاذْكُرُوا اللهَ، وَكَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَتَصَدَّقُوْا

“Apabila kalian melihat gerhana, maka segeralah dzikrullah, bertakbir, shalat dan bersedekah.” (HR. Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)

Demikianlah adab-adab yang diajarkan Nabi kita Muhammad ﷺ ketika terjadi gerhana. Dengan ini, mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang diberi petunjuk dan perlindungan oleh Allah ﷻ di dunia maupun di akhirat.

—————–

TERJADINYA GERHANA ADALAH UJIAN AGAR MANUSIA TAKUT KEPADA ALLAH ﷻ.

Asy-Syaikh Ibnu Baz rahimahullah mengatakan :

وما يقع من خسوف وكسوف في الشمس والقمر ونحو ذلك مما يبتلي الله به عباده هو تخويف منه سبحانه وتعالى وتحذير لعباده من التمادي في الطغيان، وحث لهم على الرجوع والإنابة إليه

“Kejadian gerhana bulan atau matahari, atau fenomena yang semisalnya, merupakan ujian Allah Ta’ala untuk hamba-hambaNya. Yaitu untuk menimbulkan rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dan peringatan kepada mereka dari berlarut-larut dalam kemaksiatan. Dan supaya mendorong mereka untuk kembali ke jalan Allah subhanahu wata’ala”. Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 9/157.

—————–

FENOMENA GERHANA UNTUK MEMPERTAKUTI HAMBA

Sehingga sangat disayangkan kalau dia melewati waktu gerhana tersebut dengan hanya berkumpul menyaksikan gerhana tersebut, bergembira, berselfi ria, dan seterusnya.

Lihatlah bagaimana para Sahabat radiyallahu ‘anhum menceritakan bagaimana ekspresi takut Rasulullah ﷺ ketika terjadi gerhana kala itu :

فأخطأ بدرع حتى أُدرِك بردائه بعد ذلك.

“Sampai-sampai beliau keliru mengambil selendang salah satu istri beliau, kemudian setelah sadar, beliau mengenakan selendangnya.” HR. Muslim.

Imam Nawawi rahimahullah menerangkan makna perkataan di atas :

لشدة سرعته واهتمامه بذلك أراد أن يأخذ رداءه فأخذ درع بعض أهل البيت سهوا ولم يعلم ذلك لاشتغال قلبه بأمر الكسوف

“Karena saking buru-burunya dan konsentrasi beliau tertuju pada fenomena gerhana tersebut. Yakni beliau hendak mengambil selendangnya, namun ternyata yang keambil selendang milik sebagian istri beliau. Karena tidak sadar, disebabkan hati beliau disibukkan dengan peristiwa gerhana.” Al-Minhaj 6/212.

—————–

MEMETIK HIKMAH DIBALIK PERISTIWA GERHANA

Allah ﷻ yang menciptakan matahari dan bulan dan mengatur keduanya untuk maslahat manusia.

Allah ﷻ berfirman :

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus : 5)

Matahari dan bulan diperintah oleh Allah ﷻ dan ditaqdirkan-Nya. Dia yang menjadikan keduanya sebabagai sebab terjadinya malam dan siang serta gelap dan terang.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

وَهُوَ الَّذِى جَعَلَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (QS. Al Furqan : 62)

Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa gerhana :

1. Sebagai salah satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla. Jika yang demikian mudah bagi Allahﷻ maka lebih mudah lagi bagi-Nya menghidupkan manusia yang telah mati untuk diberi-Nya pembalasan.

2. Untuk menakut-nakuti manusia agar mereka kembali kepada-Nya dan berhenti dari berbuat maksiat serta mengisi hidupnya di dunia dengan amal yang saleh.

Allah ﷻ berfirman :

وَمَا نُرْسِلُ بِالْأَايٰتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

“Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (QS. Al Israa’: 59)

3. Terdapat bukti bahwa matahari, bulan dan alam semesta ini diatur oleh Allah ﷻ dan bahwa semua itu tidak berhak untuk disembah.

Allahﷻ berfirman :

وَمِنْ ءَايٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِى خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika Dialah yang kamu sembah.” (QS. Fushshilat: 37)

4. Sebagai permisalan terhadap hal yang akan terjadi pada hari kiamat, dan bahwa hal itu mudah bagi Allah Azza wa Jalla.

5. Menunjukkan kuasanya Allahﷻ menimpakan hukuman kepada orang-orang yang kufur dan durhaka kepada-Nya.

6. Dan mungkin masih banyak hikmah-hikmah yang lain yang bisa dipetik atas peristiwa gerhana.

Wallahu a’lam

—————–

TERJADINYA GERHANA BUKAN KARENA LAHIR DAN MENINGGALNYA SESEORANG

Rasulullah ﷺ bersabda :

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا.

“Sungguh, tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan terkait kematian atau lahirnya seseorang, melainkan, keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala. Apabila kalian melihatnya, maka laksanakanlah shalat.” HR. Bukhari.

Gerhana merupakan tanda kekuasaan Allahﷻ sebagaimana peristiwa alam yang lain : gempa bumi, angin kencang, halilintar, hujan deras dan yang lainnya. Itu semua adalah peringatan bagi manusia agar manusia kembali kepada Allah ﷻ.

Oleh karena itu, saat terjadi gerhana Rasulullahﷺ memerintahkan orang-orang ketika itu untuk melaksanakan shalat, berdoa, berdzikr, beristighfar, bersedekah, dan melakukan amal saleh lainnya.

—————–

DISYARIATKANNYA SHALAT KETIKA TERJADI GERHANA MATAHARI ATAU BULAN

Dalil Yang pertama, Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Mas’ud Al Anshary radiyallahu’anhu :

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِمَا عِبَادَهُ ، وَإِنَّهُمَا لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنْ النَّاسِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ حَتَّى يُكْشَفَ مَا بِكُم ).

“Sesungguhnya matahari dan bulan itu merupakan dua tanda diantara tanda-tanda kekuasaan Allah Azzawajalla. Allah Tabarakawata’ala menjadikan keduanya untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Dan sungguh tidaklah keduanya terjadi gerhana karena kematian atau kelahiran seorang manusia pun. Apabila kalian melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka sholatlah dan berdo’alah kepada Allah Azzawajalla hingga gerhana tersebut hilang dari kalian.” HR. Bukhari no.1041, Muslim no.911.

Dalil Yang kedua, hadits dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu :

عَنْ أَبِي مُوسَى رضي الله عنه قَالَ : خَسَفَتْ الشَّمْسُ فَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ ، فَأَتَى الْمَسْجِدَ فَصَلَّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ رَأَيْتُهُ قَطُّ يَفْعَلُهُ ، وَقَالَ : (هَذِهِ الْآيَاتُ الَّتِي يُرْسِلُ اللَّهُ لَا تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ ؛ فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ)

“Ketika terjadi gerhana matahari, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lantas berdiri takut karena khawatir akan terjadinya hari kiamat, sehingga Beliau mendatangi masjid kemudian shalat dengan berdiri, ruku’, dan sujud yang begitu lama. Aku belum pernah melihat Beliau melakukan shalat sedemikian itu. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah Ta’ala yang ditunjukkan-Nya, gerhana tersebut tidaklah terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang. Tetapi Allah menjadikan yang demikian untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Apabila kalia melihat sebagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a dan memohon ampunan kepada Allah ﷻ”. HR. Bukhori no.1059, Muslim no.912.

—————–

TATACARA PELAKSANAAN SHALAT GERHANA

Dalil yang menerangkan tentang sifat shalat gerhana adalah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha :

خَسَفَتْ الشَّمْسُ فِي حَيَاةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ ، فَكَبَّرَ ، فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، ثُمَّ قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. فَقَامَ وَلَمْ يَسْجُدْ ، وَقَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ، هِيَ أَدْنَى مِنْ الْقِرَاءَةِ الْأُولَى . ثُمَّ كَبَّرَ وَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلًا ، وَهُوَ أَدْنَى مِنْ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ . ثُمَّ قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ. ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ قَالَ فِي الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ مِثْلَ ذَلِكَ . فَاسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ ، فِي أَرْبَعِ سَجَدَاتٍ

“Terjadi gerhana matahari pada saat Nabi ﷺ masih hidup, kemudian Beliau keluar menuju masjid untuk melaksanakan shalat, dan para sahabat berdiri dibelakang Beliau membuat barisan shof shalat, lalu Beliau bertakbir dan membaca surat yang panjang, kemudian bertakbir dan ruku’ dengan ruku’ yang lama, lalu bangun dan mengucapkan : ‘sami’allahu liman hamidah’. Kemudian bangkit dari ruku’ dan tidak dilanjutkan dengan sujud, lalu membaca lagi dengan surat yang panjang yang bacaannya lebih singkat dari bacaan yang pertama tadi. Kemudian bertakbir, lantas ruku’ sambil memanjangkannya, yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ yang pertama. Lalu mengucapkan : ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’, kemudian sujud. Beliau melakukan pada raka’at yang terakhir seperti itu pula maka sempurnalah empat kali ruku’ pada empat kali sujud.” HR. Bukhori no.1046, Muslim no.2129.

Adapun tata cara shalat gerhana adalah sebagai berikut :

1. Takbiratul ihram.

2. Membaca do’a istiftah kemudian berta’awudz, dan membaca surat Al Fatihah dilanjutkan membaca surat yang panjang.

3. Kemudian ruku’, dengan memanjangkan ruku’nya.

4. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’.

5. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

6. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ yang pertama.

7. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’, kemudian berhenti dengan lama.

8. Kemudian melakukan dua kali sujud dengan memanjangkannya, diantara keduanya. melakukan duduk antara dua sujud sambil memanjangkannya.

9. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.

10. Tasyahud.

11. Salam.

📕Lihat. Al-Mughni karya Ibnu Qudamah 3/313, dan Al-Majmu’ karya Imam Nawawi 5/48

Wallahua’lam…

Dirangkum dari Channel Telegram https://t.me/Alhaqqu_Ahabbu_Ilaina

Gulir ke Atas