PERINTAH DAN KEUTAMAAN SILATURAHIM

PERINTAH DAN KEUTAMAAN SILATURAHIM

Allah ﷻ memerintahkan untuk menyambung tali silaturahim, dalam firman-Nya :

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”. (QS. An Nisa : 36).

Allah ﷻ juga berfirman :

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”. (QS. Al Isra : 26).

Allah ﷻ juga berfirman :

فَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ ذَلِكَ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يُرِيدُونَ وَجْهَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah, dan mereka itulah orang-orang beruntung”. (QS. Ar-Rum : 38).

Allah Azza wa Jalla juga berfirman :

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

“Bertakwalah kepada Allâh yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allâh selalu menjaga dan mengawasi kamu”. (Qs. An-Nisaa’ : 1)

Demikian juga dalam hadits Abu Hurairah radiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah ﷺ memerintahkan umatnya untuk menyambung silaturahim, dalam sabda beliau :

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam”. (HR. Bukhari, no : 5673)

BAHAYA MEMUTUS SILATURAHIM (KEKERABATAN).

Nabi ﷺ mengancam orang yang memutuskan Silaturahim. Dari Jubair bin Muth’im radiyallahu’anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda :

لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ يَعْنِي: قَاطِعَ رَحِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

“Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim.” (HR. Bukhari, no. 2984 dan Muslim, no. 2556)

Hadits ini menunjukkan bahwa memutuskan kekerabatan merupakan dosa besar, dan menghalangi masuk surga.

Maksud “Tidak akan masuk surga” dalam hadits di atas, ada dua kemungkinan :

1. Tertuju kepada orang yang menganggap halal memutuskan persaudaraan tanpa sebab, padahal dia mengetahui keharamannya, maka orang ini kafir, dia kekal di dalam neraka, dan tidak akan masuk surga selamanya.

2. Maksudnya : tidak masuk surga semenjak awal bersama orang-orang yang dahulu, tetapi dia dihukum dengan diundurkan dari masuk surga dengan ukuran yang dikehendaki oleh Allah Azza wa Jalla”. (Syarh Imam Nawawi, 16/113-114)

Demikian juga di antara bahaya memutuskan Shilaturahim adalah, Allah Azza wa Jalla memutuskan kebaikan kepada pelakunya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda :

إِنَّ الرَّحِمَ شِجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ ، فَقَالَ اللَّهُ مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ ، وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ

“Sesungguhnya (kata) rahmi diambil dari (nama Allah) ar-Rahman. Allah berkata : “Barangsiapa menyambungmu (rahmi/kerabat), Aku akan menyambungnya; dan barangsiapa memutuskanmu, Aku akan memutuskannya”. (HR. Al-Bukhari )

Karena bahayanya dosa memutuskan silaturahim ini, maka hukumannya disegerakan di dunia sebelum di akhirat. Nabi ﷺ bersabda :

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ مِنَ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ

“Tidak ada satu dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukuman bagi pelakunya di dunia bersamaan dengan hukuman yang Allah siapkan baginya di akhirat daripada baghyu (kezhaliman dan berbuat buruk kepada orang lain) dan memutuskan Silaturahim (kerabat).” (HR. al-Bukhâri dalam Adabul Mufrad, no. 29, Tirmidzi, no. 2511, Abu Dawud, no. 4902, al-Hakim, no. 3359, 7289, dan dishahihkan oleh Al-Albani)

APA MAKNA SILATURAHIM ?

Silaturahim (صلة الرحم) terdiri dari dua kata : Shilah (صلة) dan ar-rahim (الرحم).

Shilah artinya menyambung. Dalam Mu’jam Lughatil Fuqaha disebutkan :

وهو مصدر وصل الشيء بالشيء: ضمّه إليه وجمعه معه

“Shilah adalah isim mashdar. washala asy syai’u bisy syai’i artinya: menggabungkan ini dengan itu dan mengumpulkannya bersama”. (Dinukil dari Shilatul Arham, 5).

Sedangkan ar-rahim yang dimaksud di sini adalah rahim wanita, yang merupakan konotasi untuk menyebutkan karib-kerabat. Ar Raghib Al-Asfahani rahimahullah mengatakan :

الرحم رحم المرأة أي بيت منبت ولدها ووعاؤه ومنه استعير الرحم للقرابة لكونهم خارجين من رحم واحدة

“Ar-rahim yang dimaksud adalah rahim wanita, yaitu tempat dimana janin berkembang dan terlindungi (dalam perut wanita). Dan istilah ar-rahim digunakan untuk menyebutkan karib-kerabat, karena mereka berasal dari satu rahim”. (Dinukil dari Ruhul Ma’ani, 9/142).

Dengan demikian yang dimaksud dengan silaturahim adalah menyambung hubungan dengan para karib-kerabat. An Nawawi rahimahullah menjelaskan :

وَأَمَّا صِلَةُ الرَّحِمِ فَهِيَ الْإِحْسَانُ إِلَى الْأَقَارِبِ عَلَى حَسَبِ حَالِ الْوَاصِلِ وَالْمَوْصُولِ فَتَارَةً تَكُونُ بِالْمَالِ وَتَارَةً بِالْخِدْمَةِ وَتَارَةً بِالزِّيَارَةِ وَالسَّلَامِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

“Adapun silaturahim, ia adalah berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, terkadang dengan memberi bantuan tenaga, terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam, dan cara lainnya”. (Syarh Shahih Muslim, 2/201).

Ibnu Atsir rahimahullah menjelaskan :

تكرر في الحديث ذكر صلة الرحم: وهي كناية عن الإحسان إلى الأقربين من ذوي النسب، والأصهار، والتعطف عليهم، والرفق بهم، والرعاية لأحوالهم، وكذلك إن بَعُدُوا أو أساءوا, وقطعُ الرحم ضِدُّ ذلك كله

“Banyak hadits yang menyebutkan tentang silaturahim. Silaturahim adalah istilah untuk perbuatan baik kepada karib-kerabat yang memiliki hubungan nasab, atau kerabat karena hubungan pernikahan, serta berlemah-lembut, kasih sayang kepada mereka, memperhatikan keadaan mereka. Demikian juga andai mereka menjauhkan diri atau suka mengganggu. Dan memutus silaturahim adalah kebalikan dari hal itu semua”. (An Nihayah fi Gharibil Hadits, 5/191-192, dinukil dari Shilatul Arham, 5).

Namun ada sedikit kekeliruan yang tersebar di masyarakat kita tentang definisi dari silaturahim tersebut, setiap kunjungan kepada saudara seiman biasa disebut masyarakat sebagai silaturahim. Sebenarnya hal tersebut tidak menjadi masalah, hanya kita perlu mengetahui definisi yang benar dan paling tepat untuk istilah yang satu ini melihat seiringnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Yang Kesimpulannya, kata silaturahim yang sering dipakai masyarakat kita diindonesia ternyata kurang tepat jika dimaksudkan untuk mengunjungi saudara seiman dan seaqidah, makna yang tepat dari silaturahim ini adalah ketika kita menyambung atau mengunjungi saudara kita yang memiliki nasab kekerabatan dengan kita.

Adapun kunjungan kepada saudara seiman dan seaqidah maka kita bisa menggunakan kata silatul ukhuwah (menyambung persaudaraan) dan yang memiliki makna semisal. Wallahu a’lam

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN MENYAMBUNG SILATURAHIM

1. Merupakan konsekuensi iman kepada Allah ﷻ.

Dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu bahwa Rasulullahﷺ bersabda :

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليصل رحمه، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam”. (HR. Bukhari, no : 5673)

2. Dipanjangkan umurnya dan diluaskan rizqinya.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata :

مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ

“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, dengan sanad yang hasan)

3. Penyebab Masuk surga dan dijauhkan dari neraka.

Dari Abu Ayyub Al Anshori radiyallahu’anhu bahwa Rasulullahﷺ pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul ﷺ menjawab :

تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ

“Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahim (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)

Dan dalam satu riwayat :

إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أَمَرْتُهُ بِهِ دخَلَ َالْجَّنََةَ “

“Jika dia berpegang dengan apa yang Kuperintahkan kepadanya niscaya dia masuk surga”

4. Terhubung dengan Allah ﷻ

Menyambung tali silaturahmi sama dengan menyambung hubungan dengan Allahﷻ. Sebagaimana disebutkan hadist dari Abu Hurairah radiyallahu’anhu ia berkata sesungguhnya Rasulullahﷺ bersabda :

إنَّ اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ فَقَالَتْ:هَذَا مَقَامُ الْعَائِذُ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ: َنعَمْ, أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكَ وَأَقْطَعَ مَنْ َقطَعَكَ؟ قَالَتْ: بَلَى. قَالَ: فَذَلِكَ لَكَ

“Sesungguhnya Allahﷻ menciptakan makhluk, hingga apabila Dia selesai dari (menciptakan) mereka, rahim berdiri seraya berkata: ini adalah kedudukan orang yang berlindung dengan-Mu dari memutuskan. Dia berfirman: “Benar, apakah engkau ridha jika Aku menyambung orang yang menyambung engkau dan memutuskan orang yang memutuskan engkau?” Ia menjawab: iya. Dia berfirman: “Itulah untukmu.”

Dan dalam satu riwayat al-Bukhari :

فَقَالَ اللهُ تعالى : مَنْ وَصَلَكَ وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكَ قَطَعْتُهُ

“Allah ﷻ berfirman : “Barangsiapa yang menyambung engkau niscaya Aku menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan engkau niscaya Aku memutuskannya”.

5. Merupakan bentuk Ketaatan kepada Allah ﷻ

Menyambung tali silaturahim adalah salah satu hal yang diperintahkan oleh Allahﷻ, maka dengan menjalankan perintahnya kita telah taat kepada Allah ﷻ.

Allah ﷻ berfirman :

وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَآأَمَرَ اللهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ

“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar-Ra’d : 21)

6. Pahalanya seperti memerdekakan budak.

Sebuah hadist meriwatkan bahwa dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabiﷺ sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَشَعَرْتَ أَنِّي أَعْتَقْتُ وَلِيدَتِي قَالَ أَوَفَعَلْتِ قَالَتْ نَعَمْ قَالَ أَمَا إِنَّكِ لَوْ أَعْطَيْتِهَا أَخْوَالَكِ كَانَ أَعْظَمَ لِأَجْرِكِ

“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?” Nabi bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda, “Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih besar pahalanya”. (HR. Bukhari).

7. Dicintai keluarganya.

Rasulullah ﷺ bersabda :

مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ

“Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya.” (HR. Bukhari)

PENUTUP

Ketahuilah, barakallahufikum… Yang dimaksud dengan silaturahim bukan hanya sekedar membalas kebaikan orang lain dengan kebaikan yang sama, melainkan menyambung apa yang telah putus dalam hubungan kekerabata tersebut sebagaimana hadits Abdullah bin ’Amr radiyallahu’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

“Seseorang yang menyambung silahturahim bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahim adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahim setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari)

Menyambung silaturahim merupakan akhlak terpuji yang mesti kita miliki. Semoga kita mendapatkan hidayah Allahﷻ sehingga mampu menyambung tali silaturahim dan menjauhkan kita dari memutusnya. Wallahua’lam.

⬆️ Dirangkum dari :
📚 Majmu’ah Salafy Sulbar
📟Channel Telegram : https://t.me/Alhaqqu_Ahabbu_Ilaina

Gulir ke Atas