LOYALITAS DAN BERLEPAS DIRI DALAM TINJAUAN ISLAM

embuqn

LOYALITAS DAN BERLEPAS DIRI DALAM TINJAUAN ISLAM

Oleh : Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullahu ta’ala

Soal ke 1 :
Apa yang dimaksud dengan Al-Wala (loyalitas) dan Al-Baro (berlepas diri)?

Jawaban :
Al-Wala adalah mencintai Alloh dan Rosul-Nya, sahabat-sahabatnya serta kaum mu’minin ahluttauhid/orang-orang yang menyendirikan/mensucikan Alloh dalam beribadah kepadanya dan menolong mereka (kaum mu’minin).

Adapun Al-Baro, adalah membenci orang-orang yang menyelisihi Alloh dan Rosul-Nya, sahabat-sahabatnya, dan kaum mu’minin pemilik tauhid, orang-orang yang membenci itu baik dari kalangan orang kafir atau musyrik, atau ahlul bid’ah yang mengharap kesembuhan, rizqi, dan hidayah/taufiq kepada selain Alloh jalla wa ‘alaa. Sesungguhnya setiap mu’min ahluttauhid yang komitmen dengan perintah-perintah Alloh dan larangan-larangannya, maka mereka wajib dicintai, disayangi dan ditolong, dan sebaliknya orang-orang yang menyelisihi Alloh, Rosul-Nya, sahabat sahabatnya serta kaum mu’minin ahluttauhid, maka mereka wajib dibenci dan dimusuhi sebagai bentuk pendekatan diri (taqorrub) kepada Alloh subhanahu wa ta’ala,serta memerangi (jihad) terhadap mereka dengan lisan dan qolbu sesuai kemampuan dan kesempatan, terlebih-lebih lagi terhadap orang-orang yang meminta tolong (isti’anah yaitu salah satu bentuk ibadah) kepada selain Alloh, maka semuanya dibenci dan dimusuhi sesuai dengan tingkat dosa dan kemaksiatannya terhadap Alloh jalla wa ‘alaa.

1. Alloh ta’ala berfirman :

وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” (QS. At-Taubah : 71)

2. Bersabda Rosululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam :

أوثق عُرى الإيمان الحب في الله والبغض في الله

“Tali iman/islam yang paling kokoh adalah cinta dan benci karena Alloh” (Dihasankan oleh imam Al-Albany rahimahulloh dengan seluruh jalan-jalan periwayatannya).

3. Bersabda Rosululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam :

من أحبَّ لله، وأبغض لله، وأعطى لله، ومنع لله، فقد استكمل الإيمان

“Barangsiapa yang mencintai dan membenci karena Alloh, memberi dan mencegah karena Alloh, maka sungguh dia telah menyempurnakan keimanannya”. (Shahih, diriwayatkan Imam Abu Daud dan selainnya).

4. Bersabda Rosululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam :

إن من عباد الله لأناسًا ما هم بأنبياء ولا شهداء، يَغبطهم الأنبياء والشهداء يوم القيامة بمكانتهم من الله تعالى، قالوا: يا رسول الله تُخبرنا مَن هم؟ قال: “هم قوم تحابُّوا بروح الله على غير أرحام بينهم، ولا أموال يتعاطونها، فوالله إن وجوههم لَنور، وإنهم لعلى نور، لا يخافون إذا خاف الناس، ولا يحزنون إذا حزن الناس

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Alloh yang mereka bukan nabi bukan pula syuhadaa (mati syahid di medan perang), akan tetapi para nabi dan para syuhada cemburu terhadap mereka, dengan sebab kedudukan yang tinggi yang Alloh berikan kepada mereka pada hari kiamat, sehingga para sahabat bertanya : Yaa Rosululloh beritakanlah kepada kami tentang mereka!?, Maka beliau ‘alaihissholaatu wassalaam menjawab : Mereka adalah kaum yang saling mencintai di atas “ruh Alloh” dalam keadaan di antara mereka tidak ada ikatan kerabat/nasab, tidak pula ikatan harta, maka demi Alloh wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka di atas cahaya, mereka tidak takut jika manusia yang lain merasa takut, tidak pula mereka sedih jika manusia yang lain bersedih”.

Kemudian Rosululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam membacakan firman Alloh ta’ala :

أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus : 62)

(“Ruh Alloh” adalah Al-Qur’an). [Diriwayatkan Imam Abu Daud dan dihasankan oleh pentahqiq Kitab Jaami’ul Ushul].

5. Telah datang dari salaf : “Barangsiapa mencintai, membenci, loyalitas, memusuhi karena Alloh, maka dia mendapatkan/mencapai perwalian Alloh ta’alaa, dan seorang hamba tidak akan merasakan manisnya iman sekalipun dia banyak sholat dan puasa hingga dia mewujudkan hal tersebut, dan sungguh telah terjadi pada kebanyakan orang mempersaudarakan manusia di atas perkara dunia, maka yang demikian tidaklah dia menguntungkan pada keluarganya sedikitpun”.

6. Bersemangatlah dalam mewujudkan kecintaan terhadap kaum mu’minin yang mentauhidkan Alloh, yang senantiasa hanya memohon pertolongan Alloh ta’ala, walaupun manusia menyematkan kepada mereka dengan gelar-gelar yang buruk, dan jauhilah setiap orang-orang yang berdoa/beribadah kepada selain Alloh dan mengingkari sifat ‘uluw (ketinggian) Alloh jalla wa’ala di atas ‘Arsy-Nya karena mereka adalah sesungguhnya ahlul bid’ah.

Rujukan :
Majmu’ah Rasail at Taujihat al Islamiyyah li Ishlahil Fardhi wal Mujtama’. [Juz : 1, hal. 257-258]

Sumber :
Channel Telegram : https://telegram.me/salafykendari

Gulir ke Atas