HAKIKAT HASAD DAN MACAMNYA

🔥❌ HAKIKAT HASAD DAN MACAMNYA

💺 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه اللّٰه تعالى.

🔖 Sesungguhnya hasad merupakan penyakit yang melekat karena sebab pengetahuan seseorang akan keindahan keadaan orang-orang kaya.

👉❌ Sehingga tidaklah dibenarkan orang yang memiliki keutamaan menjadi orang yang hasad.

Karena sejatinya orang yang memiliki keutamaan berjalan diatas keindahan.

🚩 [DEFINISI HASAD DAN GHIBTHOH *)]

👉 Sekelompok orang mengatakan: bahwa hasad ialah sebuah angan-angan akan hilangnya kenikmatan dari orang yang dihasadkan, sekalipun orang yang hasad tersebut tidak menjadi seperti yang dihasadkan.

👉 berbeda dengan ghibthoh maka ia merupakan sebuah angan-angan berharap seperti diri orang tersebut, dengan tanpa berkeinginan hilangnya kenikmatan dari orang yang di-ghibthoh-kan.

👉🔥 Hakikatnya hasad ialah kebencian, dan ketidaksukaan terhadap apa yang dia lihat dari kebaikan keadaan orang yang dihasadkan.

🚩 [MACAM-MACAM HASAD*)]

📝 Dan hasad ada 2 macam:

🚩 Pertama: benci kepada kenikmatan tertentu yang ada pada orang lain secara mutlak, dan ini adalah hasad yang tercela, dan apabila dia benci kepada kenikmatan tersebut maka dia menjadi sakit dan terganggu dengan keberadaan apa yang dia benci, sehingga hal itu menjadi sebuah penyakit di dalam hatinya, dan dia merasa nikmat dengan hilangnya kenikmatan dari orang tersebut sekalipun dia tidak mendapatkan suatu manfaat apapun dengan hilangnya kenikmatan tersebut.

☝️ Aku (penyusun kitab) katakan: sesungguhnya cukuplah baginya bawa hilangnya rasa sakit dalam kalbunya sebagai manfaat baginya?

👉🎓 Berkata Syaikhul Islam: benar, manfaatnya ialah dengan hilangnya rasa sakit yang ada dalam jiwanya, akan tetapi kenikmatan tersebut terkadang kembali kepada yang dihasadkan dan itu lebih menyakitkan lagi dari sebelumnya.

🚩 Kedua: benci kepada keutamaan orang tersebut atas dirinya, sehingga dia berusaha keras untuk menjadi seperti orang tersebut atau bahkan lebih baik darinya, maka ini adalah hasad, dan itu yang dinamakan oleh mereka dengan ghibthoh, namun Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam menamakannya dengan hasad di dalam hadits yang disepakati keshahihannya dari hadits Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Umar rodhiallohu ‘anhuma beliau bersabda:

{لا حسدَ إلا في اثنين : رجلٌ آتاه اللّٰه الحكمةَ، فهو يقضي بها ويعلمها. ورجل آتاه اللّٰه مالا وسلطه على هلكته في الحق} [اللؤلؤ والمرجان حديث رقم ٤٦٧] هذا لفظ ابن مسعود.

“Tidak ada hasad kecuali pada dua perkara: seseorang yang telah Alloh berikan hikmah (ilmu) kepadanya, maka dia menghabiskan waktu dengannya dan mengajarkannya. Dan seseorang yang telah Alloh berikan harta kepadanya dan dia habiskan hartanya di jalan kebenaran”. [Al-Lulu wal Marjan, hadits no. 467 dan ini lafazh Ibnu Mas’ud]

☑️ Dan lafazh Ibnu ‘Umar :

{رجلٌ آتاه اللّٰه القرآن ، فهو يقوم به آناءَ الليلِ والنهارِ ، ورجلٌ آتاه اللّٰه مالا، فهو ينفق منه في الحق آناءَ الليلِ والنهار} [اللؤلؤ والمرجان حديث رقم ٤٦٦]

“Seseorang yang telah Alloh berikan Al-Quran, dan dia menegakkan tengah malam dan siang dengannya, dan seseorang yang telah Alloh berikan harta kepadanya, kemudian dia berinfak dari hartanya di jalan kebenaran di tengah malam dan siang”. [Al-Lulu wal Marjan, hadits no. 466].

☑️ Dan diriwayatkan oleh Bukhori dari hadits Abu Huroiroh dengan lafazh:

{لا حسدَ إلا في اثنين : رجل آتاه اللّٰه القرآن ، فهو يتلوه الليلَ والنهارَ، فسمعه رجل فقال : يا ليتني أوتيت مثل ما أوتي هذا، فعملت فيه مثل ما يعمل هذا. ورجل آتاه اللّٰه مالا فهو يهلكه في الحق، فقال رجلٌ: يا ليتني أوتيت مثل ما أوتي هذا، فعملت فيه مثل ما يعمل هذا} [أخرجه البخاري في باب اغتباط صاحب القرآن، انظر جامع الأصول ٦٢٥/٣.]

“Tidak ada hasad kecuali pada dua perkara: seseorang yang telah Alloh berikan Al-Quran kepadanya, maka dia membacanya di malam maupun siang hari, kemudian seseorang mendengarnya dan berkata: duhai kiranya aku diberikan seperti apa yang telah diberikan kepada orang ini, kemudian aku mengamalkan apa yang ada padanya seperti apa yang diamalkan orang ini. Dan seseorang yang telah Alloh berikan harta kepadanya maka dia habiskan hartanya di jalan kebenaran, maka seseorang berkata: duhai kiranya aku diberikan seperti apa yang diberikan kepada orang ini, kemudian aku mengamalkan padanya seperti apa yang diamalkan orang ini”. [HR. Bukhori pada bab: ightibath shohib Al-Quran, lihat Jami’ Al-Ushul 3/625]

👉⚠️ Maka inilah hasad yang telah dilarang oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam kecuali pada dua perkara yaitu yang telah beliau sebut dengan ghibthoh, yaitu dia ingin seperti keadaan orang lain dan dia tidak suka jika ada orang yang lebih utama darinya.

☝️ Aku (penyusun kitab) katakan: tidakkah menjadi problem disini penamaan ghibthoh dengan hasad selama keinginannya ialah agar Alloh memberikan kenikmatan kepadanya dengan apa yang seperti Alloh berikan kenikmatan kepada temannya?

👉🎓 Syaikhul Islam mengatakan: tentu dan telah ditanyakan: kenapa dinamakan dengan hasad sedangkan dia hanyalah ingin agar Alloh memberikan kenikmatan kepadanya?

🔓 Maka dijawab: bahwa asal muasal kecintaan ini adalah pandangannya kepada kenikmatan-kenikmatan yang ada pada orang lain, dan kebenciannya (karena orang lain) lebih utama darinya.

✔️ Kalaulah sekiranya tidak adanya keutamaan tersebut ada pada orang lain tentulah dia tidak akan ingin seperti orang tersebut, maka tatkala sumber itu berasal dari kebenciannya (karena) orang lain lebih utama darinya maka jadilah hal itu sebagai hasad karena ia merupakan kebencian yang diikuti dengan kecintaan,

☝️adapun orang yang ingin agar Alloh memberikan kenikmatan kepadanya dengan tanpa menoleh kepada keadaan-keadaan orang-orang maka ini bukanlah merupakan hasad sedikit pun. Dan oleh karena inilah kebanyakan orang ditimpa dengan bentuk yang kedua ini.
●○●○●○●○●

*) tambahan dari penterjemah.

📔 Thibbul Qulub Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh, halaman 110-111.

➖➖➖
📚 WhatsApp Salafy Kendari || http://bit.ly/salafykendari
📮 Channel Telegram || https://telegram.me/salafykendari
💻 Website || http://ahlussunnahkendari.com

Gulir ke Atas