Ada Apa Setelah Ramadhan Berakhir ?
Berkata Asy-Syaikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr hafidzahullah :
بسم الله الرحمن الرحيم
📘 Mukaddimah
Tidak ragu lagi, setiap orang yang berpuasa dan mengerjakan shalat tarawih di bulan Ramadhan pasti sangat berharap amal ibadahnya dapat diterima, menjadi amal shalih dan dibalas dengan pahala yang baik. Pasti mereka juga terus memohon kepada Allahﷻ agar berkehendak menerima amalannya dan menyempurnakan pahalanya.
📘 Tanda-tanda Diterima dan Ditolaknya Amalan
Seorang yang amalannya diterima di bulan Ramadhan memiliki ciri dan tanda-tanda, yang dengan ciri dan tanda tersebut, ia diharapkan termasuk orang yang diterima amalannya.
Diantara ciri atau tanda tersebut adalah sebagai berikut :
1. Ia mendapati dirinya berada dalam kebaikan,
keistiqomahan dan ketaatan dengan kualitas lebih baik daripada sebelum datangnya bulan Ramadhan,
2. Ibadahnya dipenuhi rasa harap dan penuh gairah,
3. Istiqomah dalam menjaga kewajiban dan mengerjakan shalat di masjid secara berjamaah,
4. Ia mencintai kebaikan, mengerjakan dan ikut mendakwahkannya dan
5. Ia juga membenci kemungkaran, menjauhi dan ikut memperingatkan orang-orang darinya.
Adapun orang yang setelah bulan Ramadhan berakhir :
1.Keadaannya sama seperti sebelum Ramadhan atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya,
2.Matanya masih silau dengan kesesatan dan kemaksiatan,
3.Kembali bermalas-malasan,
4.Menyia-nyiakan kewajiban, dan
5.Tetap menerjang keharaman dan mengajak manusia kepadanya.
Maka ini menjadi tanda kerugian dan ketidak beruntungannya.
Di musim ketaatan kemarin dia tidak memanfaatkan kesempatannya untuk melakukan ketaatan. Di musim kedermawanan kemarin dia juga tidak menggunakannya untuk banyak memberi. Di bulan yang dipenuhi dengan ampunan dan keridhaan Allahﷻ kemarin, dia tidak menggunakannya untuk banyak meminta ampun atau melakukan hal yang dapat mendatangkannya.
Sungguh itu kerugian yang sangat besar ! Sungguh itu musibah yang sangat berat ! Sungguh itu hukuman yang sangat menakutkan ! .
📘Hanya Mengenal Allah ﷻ di Bulan Ramadhan Saja
“Sungguh bulan Ramadhan merupakan momen istimewa untuk membiasakan diri dalam melakukan ketaatan, bersungguh-sungguh dalam mengerjakan ibadah, dan momen yang tepat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Sangat tidak baik ketika bulan Ramadhan berakhir, seorang muslim meninggalkan ibadahnya begitu saja. Sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang hanya mengenal Allahﷻ di bulan Ramadhan saja. Kepada orang-orang tersebut kita sampaikan :
“Wahai engkau yang sadar memiliki Rabb untuk diibadahi, ditaati, ditakuti dan diharapkan karunia-Nya di bulan Ramadhan ! Mengapa setelah Ramadhan berakhir engkau langsung melupakan-Nya?!”
“Wahai engkau yang mengetahui bahwa Allahﷻ di bulan Ramadhan telah mewajibkan shalat lima waktu berjama’ah di masjid ! Mengapa setelah bulan Ramadhan berakhir, engkau menjadi tidak tahu atau bahkan purapura tidak tahu akan hal itu !”
“Wahai engkau yang sadar bahwa Allah ﷻ di bulan Ramadhan telah mengharamkan kemaksiatan ! Mengapa setelah bulan Ramadhan berakhir, engkau menjadi lupa begitu saja ?!”
“Wahai engkau yang sadar, bahwa di bulan Ramadhan ada surga, neraka, pahala dan dosa ! Mengapa saat bulan Ramadhan berakhir, engkau menjadi lalai darinya ?!”
“Wahai kalian yang di bulan Ramadhan biasa meramaikan masjid dan membaca Al-Qur’an ! Mengapa setelah Ramadhan berakhir, masjid kehilangan kalian dan Al-Quran kalian tinggalkan ?!”
Sungguh mengherankan, ada orang-orang yang hanya mengenal Allahﷻ dan takut kepada-Nya di bulan Ramadhan saja.
Salah seorang Ulama Salaf pernah ditanya tentang orang-orang yang seperti ini, maka diapun menjawab :
َبِئْسَ الْقَوْم لَا يَعْرِفُوْنَ اللَّهَ إِلَّا فِيْ رَمَضَان
“Manusia terburuk adalah mereka yang hanya mengenal Allah di bulan Ramadhan saja”. (Lathaif Al-Ma’arif hal. 222)
📘Tetap Taat Pada Seluruh Bulan
“Sesungguhnya pada semua bulan, Rabb kita tetap satu. Yang menjadi Rabb kita di bulan Ramadhan masih tetap menjadi Rabb kita di bulan Syawwal, masih menjadi Rabb kita di bulan Sya’ban dan masih menjadi Rabb kita di seluruh bulan lainnya. Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk menyembah Allah ﷻ dan menjauhi kemaksiatan kapanpun itu, sebagaimana yang telah Allah ta’ala firmankan :
وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّى یَأۡتِیَكَ ٱلۡیَقِیْن.
“Dan sembahlah Tuhan-mu sampai yakin (ajal) datang kepadamu” (QS. Al-Hijr : 99)
Maksud ayat tersebut adalah : “Teruslah beribadah dan bertaubat kepada Allah ﷻ pada setiap waktu dalam hidupmu sampai kematian mendatangimu dan sampai usiamu habis. Kehidupan manusia adalah milik Allah ﷻ. Allah Ta’ala pun ingin agar seorang hamba mengisinya dengan ketaatan dan ibadah, bukan dengan yang lainnya”. Allah Ta’ala berfirman :
قُلۡ إِ نَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحۡیَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِیْن.
“Katakanlah (Muhammad) “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam”. (Qs. Al-An’am : 162)
Maka barangsiapa yang waktunya, umurnya, kesehatannya, waktu luangnya, kekuatannya, masa mudanya, akalnya, pikirannya, hatinya, lisannya dan anggota tubuhnya sibuk dengan sesuatu yang tidak diperintahkan oleh Allahﷻ atau tidak disyari’atkan oleh Rasul-Nya, dari perkara-perkara yang hukumnya : Wajib, Sunnah, atau Mubah yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allahﷻ. Maka sungguh dia telah berbuat buruk dan menzholimi dirinya sendiri. Di hari kiamat kelak, dia akan dilanda kekecewaan dan penyesalan sebesar waktu yang telah ia sia-siakan. Sebuah kaidah mengatakan, barang siapa yang biasa melakukan suatu amalan (yang baik maupun buruk) maka ia akan mati dan akan dibangkitkan sebagaimana kebiasaannya. Ini sudah menjadi sunnatullah (ketetapan) yang Allahﷻ tetapkan atas makhluk-Nya. Oleh karenanya Allahﷻ meminta para hamba dan wali-Nya agar terus membiasakan diri dan konsisten di atas agama Islam, hukum dan syi’arnya sampai meninggal dunia. Allah ta’ala berfirman :
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِیْنَ ءَامَنُوْا۟ ٱتَّقُوْا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَاتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسۡلِمُوْن.
“Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim” (Qs. Ali Imran : 102)
Ketika menafsirkan ayat ini (Qs. Ali-Imran : 102 ), Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata :
“Peliharalah agama Islam ini saat kalian masih sehat dan diliputi rasa aman agar nanti kalian bisa meninggal di atasnya, karena sesungguhnya Rabb yang Maha Mulia telah menetapkan dengan kemuliannya bahwa setiap orang akan mati di atas kebiasaannya. Dan barangsiapa mati di atas kebiasannya maka dia akan dibangkitkan di atas kebiasannya juga. Kami berlindung kepada Allah dari kematian di atas selain Islam”
Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya meriwayatkan dari Mujahid bahwa ketika manusia sedang melakukan thawaf di Ka’bah, Ibnu ‘Abbas radiyallahu’anhuma duduk dengan membawa tongkat mihjan. Kemudian beliau berkata, Rasulullah ﷺ pernah membaca ayat :
یَـٰۤأیُّهَا ٱلَّذِیْنَ ءَامَنُوْا۟ ٱتَّقُوْا۟ ٱللَّهَ حَق تُقَاتِهِۦ وَلَاتَمُوْتَُن إِلَّا وَأَ نْتُمْ مُّسۡلِمُوْن.
“Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim” (Qs. Ali Imran : 102)
Lalu beliau ﷺ bersabda :
وَلَوْأَن قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّوْمِ قُطِرَتْ، لَأَ مَرَّتْ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ عَيْشَهُمْ، فَكَيْفَ مَنْ لَيْسَ لَهُْم طَعَامٌ إِلَّا الزَّقُّوْمُ.
“Seandainya satu tetes buah Zaqqum menetes ke bumi, maka pasti seluruh kehidupan manusia akan rusak. Lalu bagaimana dengan keadaan orang yang tidak memiliki makanan apapun kecuali hanya Zaqqum saja?!” (HR. Ahmad no. 2735, At-Tirmidzi no. 2585 dan Ibnu Majah no. 4325.)
📘Berdo’a Agar Diberikan Keistiqomahan
“Diantara do’a yang memiliki cakupan yang luas adalah do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Yusuf ‘Alaihissalam :
أَنتَ وَلِیِّۦ فِيْ ٱلدُّنۡیَا وَٱلۡآخِرَةِۖ تَوَفَّنِيْ مُسۡلِمََا وَأَلۡحِقۡنِيْ بٱلصالِحِیْن.
“Wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang shalih” (QS. Yusuf :101)
Tidak ada kebaikan, tidak ada kebahagiaan serta tidak ada rasa aman di dunia ini kecuali dengan berpegang kepada agama ini lalu berkomitmen dengan ajarannya, syariatnya dan arahannya. Bahkan kebaikan hidup di dunia memiliki kaitan erat dengan kebaikan hidup di akhirat. Oleh karenanya, Nabiﷺ menggabungkan dua kebaikan tersebut dalam do’anya :
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِيْ دِيْنِيْ الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي، وَأَصْلِحْ لِيْ دُنْيَايَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشِيْ، وَأصْلِحْ لِي آخِرَتِيْ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادِيْ ، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةَ لِيْ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِيْ مِن كُلِّ شَرٍّ.
“Ya Allah ya Tuhanku, perbaikilah agamaku yang mana ia adalah benteng urusanku, dan perbaikilah duniaku yang di sanalah tempat kehidupanku, dan perbaikilah akhiratku yang ke sanalah tempat kembaliku. Ya Allah, jadikanlah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai istirahatku dari segala keburukan”. (HR. Muslim : 2720)
Dahulu Nabi ﷺ ketika menyambut bulan Ramadhan, beliau membaca do’a yang sangat terkenal yaitu do’a ketika melihat hilal :
ِاَللَّهُم أَهْلِلْهُ عَلَيْنَا بِاليُمْنِ وَالْإِيْمَانِ وَالسَّلاَمَة والْإِسْلاَمِ، رَبِّيْ وَرَبُّكَ الله.
“Ya Allah, terbitkanlah bulan tersebut kepada kami dengan berkah, iman, keselamatan serta Islam. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah”. (HR. At-Tirmidzi no. 3451)
Dengan doa ini, Nabiﷺ ingin menegaskan bahwa ada keterkaitan yang sangat kuat antara rasa aman, iman, keselamatan dan Islam. Seakan-akan Nabiﷺ bersabda : “Apabila seseorang ingin hidup dengan penuh rasa aman dan diliputi keselamatan baik di bulan Ramadhan atau di sepanjang hidupnya maka hendaknya dia berpegang teguh dengan agama Islam, dan hendaknya dia hidup di atas keimanan, karena barangsiapa yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh dengan syariat yang telah diwahyukan kepada Nabi tanpa mengotorinya dengan noda kesyirikan, kekufuran, kebid’ahan dan kemaksiatan, maka sungguh Allahﷻ telah menjamin baginya keamanan dan keselamatan serta hidayah di dunia ini dan di hari kiamat kelak”. Allah ta’ala berfirman :
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk”. (Qs. Al-An’am : 82)
📘Keutamaan Orang Yang Istiqomah
Allah ﷻ berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ. نَحْنُ أَوْلِيَآؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِىٓ أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ. نُزُلًا مِّنْ غَفُورٍ رَّحِيمٍ.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya (surga) kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh apa yang kamu minta. Sebagai penghormatan (bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?” (Qs. Fusshilat : 30-33)
Dan Allah ﷻ berfirman :
إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَأُو۟لَٰئِكَ. أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ خَٰلِدِينَ فِيهَا جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya, sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Al-Ahqaf : 13-14)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Amr radiyallahu’anhuma dia berkata Rasulullah ﷺ bersabda :
فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ، وَيُدْخَل الْجَنَّةَ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوِْم الْآخِرِ وَلْيَأْتِ إِ لَى النَّاسِ الَّذِيْ يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْه .
“Barangsiapa yang senang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka hendaknya ketika kematian mendatanginya, dia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan hendaknya dia memperlakukan manusia dengan cara yang dia sendiri suka untuk diperlakukan seperti itu”. (HR. Muslim : 1844)
Kita memohon kepada Allahﷻ agar terus menghidupkan kita di atas Islam, dan agar mewafatkan kita di atas keimanan, dan agar mengokohkan kita di atas kebaikan dan hidayah sampai kita bertemu dengan Allah ﷻ.
📗 www.al-badr.net (http://%F0%9F%93%97www.al-badr.net) /Matwiyah Madza ba’da Ramadhan ?
📖 Selesai diterjemahkan, Rabu sebelum subuh yang sunyi 14 Syawal 1442 H/26 Mei 2021 M.
Ma’had Ibnu Abbas Barakkang Mamuju Tengah Sulbar
✍️ Akhukum, Abu Mujahid Irwan Salam
Dirangkum dari Channel Telegram https://t.me/Alhaqqu_Ahabbu_Ilaina