HAK ALLAH TERHADAP HAMBA

HAK ALLAH TERHADAP HAMBA

Oleh : Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu rahimahullahu ta’ala

س ١ – لماذا خلقنا الله؟

ج ١ – خلقنا الله لنعبده ولا نشرك به شيئا.

والدليل قول الله تعالى: {وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون} [الذاريات: ٥٦]

وقال – صلى الله عليه وسلم -: “حق الله على العباد أن يعبدوه، ولا يشركوا به شيئا” [متفق عليه]

Soal 1 :
Untuk apakah Allah menciptakan kita ?

Jawaban :
Allah menciptakan kita untuk beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.

Dalilnya ialah firman Allah ta’ala : “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Hak Allah terhadap hamba ialah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” (Muttafaqun ‘alaihi)

س ٢ – ما هي العبادة؟

ج ٢ – العبادة: اسم جامع لما يحبه الله من الأقوال، والأفعال: كالدعاء والصلاة والخشوع وغيرها. قال الله تعالى:

{قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين}

(نسكي: ذبحي للحيوانات قربة لله) [الأنعام: ١٦٢].

وقال – صلى الله عليه وسلم -: قال الله تعالى: “وما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي مما افترضته عليه” [حديث قدسي رواه البخاري]

Soal 2 :
Apa yang dimaksud dengan ibadah ?

Jawaban :
Ibadah adalah sebuah nama yang mencakup seluruh apa yang dicintai oleh Allah baik berupa ucapan maupun perbuatan, seperti doa, shalat, khusyu’ dan selainnya. Allah ta’ala berfirman :

“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, sesembelihanku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam.” (QS. An-An’am : 162)

(Nusukii: Sembelihanku terhadap hewan ternak dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah.)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Allah ta’ala berfirman : “Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan atasnya.” (Hadits Qudsi Riwayat Bukhari)

س ٣ – ما هي أنواع العبادة؟

ج ٣ – أنواع العبادة كثيرة منها: الدعاء والخوف والرجاء والتوكل والرغبة والرهبة والذبح والنذر والركوع والسجود والطواف والحلف والحكم، وغير ذلك من أنواع العبادات المشروعة.

Soal 3 :
Apa saja macam-macam ibadah ?

Jawaban :
Macam-macam ibadah sangatlah banyak, diantaranya : berdo’a, rasa takut, harap, tawakkal, permohonan penuh harapan, cemas, menyembelih, nadzar, rukuk, sujud, thawaf, bersumpah, berhukum, dan lain sebagainya dari jenis-jenis ibadah yang disyariatkan.

س ٤ – كيف نعبد الله؟

ج ٤ – كما أمرنا الله ورسوله، مع الاتباع

قال الله تعالى: {يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول ولا تبطلوا أعمالكم} [محمد: ٣٣]

وقال – صلى الله عليه وسلم -: “من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد” (أي غير مقبول) [رواه مسلم]

Soal 4 :
Bagaimana cara kita beribadah kepada Allah ?

Jawaban :
Kita beribadah sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya disertai dengan ittiba’ (mengikuti bimbingan Rasulullah).

Allah ta’ala berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan janganlah membatalkan amalan-amalan kalian.” (QS. Muhammad : 33)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka amalan itu tertolak.” (HR. Muslim)

س ٥ – هل نعبد الله خوفا وطمعا؟

ج ٥ – نعم نعبده كذلك، قال الله – تعالى- آمرا عباده: {وادعوه خوفا وطمعا} [الأعراف: ٥٦]

وقال – صلى الله عليه وسلم -: “أسأل الله الجنة، وأعوذ به من النار”. [رواه أبو داود بسند صحيح]

Soal 5 :
Apakah kita beribadah kepada Allah dengan penuh rasa takut dan harap?

Jawaban :
Ya, kita beribadah kepada-Nya dalam keadaan demikian, Allah berfirman: “Berdolah kepada-Nya dengan penuh rasa takut dan harap.” (QS. Al-A’raf : 56)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku meminta kepada Allah surga, dan aku berlindung kepada-Nya dari api neraka.” (HR. Abu Dawud dengan sanad shahih)

س ٦ – ما هو الإحسان في الدين؟

ج ٦ – الإحسان هو مراقبة الله -تعالى- وحده الذي يرانا. قال الله – تعالى:
{الذي يراك حين تقوم * وتقلبك في الساجدين} [الشعراء: ٢١٨، ٢١٩]

وقال – صلى الله عليه وسلم -:”الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه، فإن لم تكن تراه فإنه يراك” [رواه مسلم]

Soal 6 :
Apa yang dimaksud dengan ihsan dalam agama ?

Jawaban :
Ihsan ialah merasa diawasi oleh Allah ta’ala semata Dzat yang melihat kita. Allah berfirman : “Dialah yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan melihat pula perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS. Asy-Syu’ara’ : 218-219)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : “Ihsan ialah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)

س ٧ – ما هو أعظم حق بعد حق الله ورسوله؟

ج ٧ – حق الوالدين، قال الله – تعالى: {وقضى ربك ألا تعبدوا إلا إياه وبالوالدين إحسانا إما يبلغن عندك الكبر أحدهما أو كلاهما فلا تقل لهما أف ولا تنهرهما وقل لهما قولا كريما} [الإسراء: ٢٣]

وعن أبي هريرة قال: جاء رجل إلى رسول الله – صلى الله عليه وسلم – فقال: يا رسول الله من أحق الناس بحسن صحابتي؟ قال: “أمك” قال: ثم من؟ قال: “أمك” قال: ثم من؟ قال: “أمك” قال: ثم من؟ قال: “أبوك”. [متفق عليه]

Soal 7 :
Hak apa yang paling besar setelah hak Allah dan Rasul-Nya ?

Jawaban :
Hak kedua orang tua. Allah berfirman : “Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kalian jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘uff(ah), dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS. Al-Isra : 23)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : “Datang seseorang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa Sallam seraya berkata : Wahai Rasulullah ! Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku berbuat baik kepadanya ? Beliau menjawab : Ibumu. Lelaki itu bertanya lagi : Kemudian siapa ? Rasulullah menjawab : Ibumu. Kembali lelaki itu bertanya : Kemudian siapa ? Rasulullah menjawab : Ibumu. Lelaki itu bertanya lagi, kemudian siapa ? Rasulullah menjawab : Ayahmu. (Muttafaqun ‘alaihi)

Rujukan : Majmu’ah Rasa`il at Taujihat al Islamiyyah li Ishlahil Fardhi wal Mujtama’. [Jilid 1 hal. 245-246]

Disalin dari : Channel Telegram || https://telegram.me/salafykendari